Kisah sahabat Nabi Salman Al-Farisi – Salman Al-Farisi dikenal sebagai orang yang senang mencari kebenaran dan selalu berusaha mencari kebenaran agama. Setengah hidupnya dijalankan sebagai  kaum majusi dan setengah hidupnya hingga akhir hayatnya ia jalankan sebagai umat Islam,  terlahir dari keluarga Majusi yaitu kaum yang menyembah api, mempercayai bahwa tuhannya adalah api.

Oleh karena itu api-api di setiap rumah mereka tidak boleh mati, mereka selalu berusaha agar api yang mereka sembah tidak padam. Karena jika api yang mereka sembah telah mati, menandakan Tuhan mereka juga telah mati meninggalkan mereka. Ia merupakan anak laki-laki kesayangan ayahnya, begitu juga dengannya yang sangat sayang dengan ayahnya. Namun, karena dia tidak senang dengan agama yang dianut oleh keluarganya dia tetap mencari kebenaran agama. 

Kisah sahabat  Nabi Salman Al-Farisi Mencari kebenaran Islam

Kisah Sahabat Nabi Salman Al-Farisi
Kisah Sahabat Nabi Salman Al-Farisi (Cr:Google)

Perjalan Salman Al-farisi untuk masuk Islam tidaklah mudah, banyak sekali rintangan yang di lalui hingga berani menentang ayahnya sendiri. Pada suatu ketika ia diperintahkan oleh ayahnya untuk mengecek perkebunan milik keluarganya, ketika di perjalanan ia menemukan gereja kristen dan mendengar suara orang-orang sedang berdoa di dalam gereja

Karena penasaran, akhirnya ia memberanikan diri untuk masuk kedalam gereja dan melihat umat Nasrani  sedang berdoa. Ternyata dia tertarik dengan ajaran umat Nasrani dan menganggap umat Nasrani lebih baik daripada umat Majusi yang dianut oleh keluarganya yang menyembah api.

Tidak terasa waktu telah malam hingga ia lupa untuk kembali pulang. Sesampainya di rumah, ayahnya menanyakan kepadanya “Wahai anak ku, kemana saja kamu? Mengapa engkau kembali selarut malam ini? Ia menjawab dengan jujur apa adanya kepada ayahnya, bahwa kletika di perjalan ia melihat gereja dan memperhatikan umat Nasrani yang sedang berdoa bersama para pendeta.

Mendengar ceritanya, sang ayah menjelaskan bahwa agama Majusi adalah agama yang lebih baik dan lebih unggul dibandingkan agama Nasrani. Ia membantah penjelasan dari sang ayah dan menyangkal  dengan mengatakan “Tidak, demi Allah, agama itu lebih baik dari agama kita.” Meski ia mencintai ayahnya, namun untuk masalah kebenaran agama ia tidak dengan mudah membenarkan dengan apa yang menurutnya tidak baik

Karena dia tau bahwa sudah banyak sekali Nabi yang ditentang dan diperlakukan dengan sangat buruk oleh seluruh umat Majusi karena tidak sesuai dengan tradisi mereka, sebab ia  menyangkal dan membantah ucapan sang ayah membuat ayahnya marah dan murka terhadap Salman

Akhirnya ia diberi hukuman oleh sang ayah dengan diikatkan badannya di rumah dan tidak di perbolehkan untuk keluar dari rumah hingga ia mau menerima bahwa agama Majusi adalah agama terbaik dibandingkan dengan agama lain selain Majusi.

Namun ia tetap tidak bisa meneria dengan penjelasan sang ayah dan didalam hatinya tetap mempercayai agama Nasranilah yang paling baik jika dibandingkan dengan agama Majusi

Salman mempelajari agama Nasrani dengan cara diam-diam tidak di ketahui oleh ayahnya. Ketika dia telah mempercayai bahwa agama Nasrani adalah agama yang paling benar dan paling tepat, ternyata Allah menunjukan padanya dengan kehidupan para pendeta yang sangat tidak sesuai dengan apa yang diajarkan

Didalam agama Nasrani diajarkan untuk hidup sederhana tidak bermewah-mewahan dengan harta, namun ia melihat para pendeta hidup dengan bergelimang harta, hidup dengan mewah dan ironinya adalah harta yang mereka dapatkan merupakan harta dari para umat yang menebus segala dosa-dosa mereka.

Karena ia tidak menyerah dan selalu ingin tahu kebenaran agama, ia memberanikan diri untuk meninggalkan kedua orang tuanya dan wilayah tempat dia tinggal. Dia meninggalkan orang tua dan rumah dengan membawa beberapa kambing dan sapi.

Ketika ia sampai di Amuriyah ia melihat sekumpulan pedagang dari suku Kalb, ia meminta kepada mereka untuk membawa dirinya ke jazirah Arab dengan diberi imbalan sapi dan kambing yang ia bawa. Akhirnya mereka setuju dan membawanya ke jazirah Arab. Sialnya, ditengah perjalanan sebelum sampai di jazirah Arab yaitu saat di wilayah Wadil Qura, mereka malah menjualnya kepada seorang yahudi dengan dijadikan budak.

Sebelum ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah dan bertekad untuk ke jazirah Arab, ia telah diberitahu oleh pendeta Nasrani bahwasannya ia harus pergi ke jazirah Arab dan menemui Muhammad. Muhammad adalah Nabi terakhir yang Allah utus untuk para manusia di muka bumi ini. Pendeta menjelaskan bahwasannya di dalam kitab murni Nasrani telah dijelaskan beberapa ciri-ciri dari Nabi Muhammad.

Ternyata dengan dirinya dijual menjadi budak orang yahudi, membuatnya sampai pada kota Madinah. Pada suatu ketika ia sedang berada di perjalanan bersama dengan tuannya yang sedang beristirahat. Ia berada di atas pohon kurma, sedangkan tuannya sedang berada di bawah pohon kurma.

Saat sedang beristirahat, anak paman dari tuannya datang dengan menceritakan bahwa akan datang seseorang dari Makkah dan mengira dia adalah Nabi. Mendengar kabar Nabi Muhammad akan datang, membuatnya sangat senang, terharu dan hatinya sangat bergetar. Ia mencari tahu dengan bertanya kepada anak paman tuannya, namun hal tersebut membuat tuannya sangat marah.

Suatu ketika pada saat Nabi Muhammad sedang mengantar jenazah sahabat yang telah wafat, ia mencari tahu cap ke-Nabian yang berada di dalam tubuh Nabi Muhammad. Ternyata ia menemukannya, dan pada saat itulah ia langsung menghampiri Nabi Muhammad dengan telungkup dihadapan Nabi Muhammad sambil mencium tangan Nabi Muhammad dan menangis haru.

Ia sangat bersyukur karena akhirnya Allah mempertemukannya dengan Nabi Muhammad utusan terakhir Allah. Segala rintangan telah ia lalui untuk bisa menemukan agama yang murni akhirnya memberikan hasil yang luar biasa manis yaitu keimanan.

Strategi Perang Khandaq Salman Al-Farisi

Perang Khandaq
Perang Khandaq (Cr:Google)

Salman termasuk sahabat Nabi yang sangat cerdas dan cerdik, terbukti ketika terjadinya perang Khandaq yang terjadi pada bulan Syawal tahun 5 H atau 627 M. Penyebab terjadinya perang Khandaq karena orang Yahudi dari kalangan Bani Nadhir yang diusir oleh Nabi Muhammad menemui kaum kafir Quraisy di Makkah untuk bekerja sama melawan Nabi Muhammad beserta para umat Islam di Madinah.

Pengusiran orang Yahudi dilakukan oleh Nabi Muhammad bukan karena tanpa alasan, Nabi Muhammad mengusir orang Yahudi dari kalangan Bani Nadhir karena mereka telah melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama.

Salah satu perjanjiannya adalah orang Yahudi dari Bani Nadhir tidak boleh merintangi, mengganggu umat Islam di Madinah. Namun mereka melanggarnya, bahkan setelah diusir mereka mengajak kaum kafir Quraisy dan kaum Ghathafan. Pasukan Ghathafan dipimpin oleh Uyainah bin Hishndan, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb 

Mendengar kabar orang-orang kafir akan mengepung Madinah, Salman mengusulkan strategi yang berbeda dari strategi peperangan sebelumnya. Namun strategi tersebut sudah pernah ia gunakan saat terjadi perang di Paris dan terbukti berhasil.

Strategi yang ia usulkan yaitu dengan membangun parit untuk tempat berlindung Nabi dan para pasukan perang Islam. Sedangkan untuk anak-anak, wanita dan umat muslim yang lemah tidak dapat mengikuti perang. Mereka dibangunkan tembok yang sangat tinggi.

Mendengarkan penjelasan strategi yang pernah ia lakukan ketika perang di Paris, Nabi Muhammad mempersetujuinya dan langsung membuat galian parit bersama umat muslim lainnya. pelaksanaan pembuatan parit ini dilakukan  selama 6 hari berturut-turut.

Strategi Salman ternyata efektif karena ketika musuh yang dipimpin oleh Abu Sufyan terheran melihat parit yang mengelilingi kota Madinah. Membuat mereka kesulitan untuk menyerang orang Islam. Meskipun Madinah dikepung selama 27 hari, namun mereka tidak berhasil menembus parit yang telah dibuat oleh umat muslim

Sedangkan disisi lain, orang Quraisy berusaha menyerang tempat pertahanan para wanita, anak-anak dan orang lemah yang tidak dapat mengikuti perang. Gedung pertahanan dijaga oleh sahabat Nabi yaitu Hasan bin Tsabit. Hasan bin Tsabit merupakan salah satu sahabat Nabi yang tidak bisa berkelahi namun dia merupakan penyair yang handal. Setiap syairannya dapat menghibur Nabi dan mampu membantah ucapan-ucapan orang kafir yang membenci Nabi

Pada saat terjadi penyerangan, bibi dari Nabi Muhammad memerintahkan Hasan untuk mengikatkan pedang miliknya di tangan bibi, hingga membuat salah satu pemuka kafir Quraisy terbunuh. Mengetahui terbunuhnya pimpinan kafir Quraisy, membuat mereka takut dengan mengatakan “ternyata Nabi tidak meninggalkan kaum lemahnya tanpa dijaga oleh siapapun.”

Dengan strategi yang disarankan oleh Salman, membuat umat muslim menang dari perang. Sejak saat itulah Salman dikenal sebagai sahabat yang cerdik dan ahli dalam memberikan strategi perang


Leave a Reply

Your email address will not be published.